Rabu, 15 Desember 2010

Media Indonesia Bedah Editorial bersama Universitas Esa Unggul Share

Media Indonesia Bedah Editorial bersama Universitas Esa Unggul
Rabu, 15 Desember 2010

Jurnalistik di tengah perkembangan Media Massa baik cetak, maupun elektronik semakin menuntut adanya kecepatan dan ketajaman menyajikan berita. Media Indonesia sebagai salah satu Media Massa Nasional di  Indonesia menyelenggarakan Roadshow: Media Indonesia Goes to Campus  “Bedah Editorial” di Universitas Esa Unggul bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi.  Media Indonesia  untuk pertama kalinya Editorial Surat Kabar dibedah di Kampus.
PROBLEM serius bagi kehidupan politik dan demokrasi di negeri ini ialah minimnya teladan dari pemimpin, termasuk di dalamnya keteladanan pejabat. Di negeri kita, nyaris tidak ada pejabat yang sukarela mundur kendati telah gagal memenuhi aspirasi rakyat.  Pejabat di negeri ini mundur karena dipaksa mundur. Presiden Soeharto turun takhta setelah dilengserkan oleh kekuatan reformasi. Presiden Abdurrahman Wahid jatuh dari tampuk kekuasaan setelah dimakzulkan oleh parlemen.
“Pejabat negeri ini tidak memiliki tradisi lengser dari jabatan karena dalam kultur politik kita, jabatan dimaknai sebagai status, bukan fungsi. Mereka lebih peduli pada status dan abai terhadap fungsi,” tulis Media Indonesia dalam rubrik Editorial yang diterbitkan pada 5 Juni 2010.
Survei Political and Economic Risk yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan birokrasi terburuk nomor dua di Asia, memperlihatkan secara gamblang betapa para pemangku status birokrat tidak menjalankan fungsi birokrasi secara baik.  Kondisi tersebut sangat kontras bila dibandingkan dengan kultur birokrat di Jepang. Di negeri Matahari Terbit tersebut, pejabat publik mundur manakala mereka gagal menjaga amanat rakyat.  Bahkan mereka mundur karena alasan, yang dalam tradisi dan kultur politik negara lain, dianggap sangat sepele. Misalnya, kedapatan bermain golf di saat rakyat tengah berjuang mengatasi penderitaan.
Yukio Hatoyama, misalnya, yang baru menjabat Perdana Menteri Jepang selama delapan bulan, mengumumkan pengunduran diri setelah gagal memenuhi janji kampanyenya untuk memindahkan pangkalan militer Amerika Serikat, Futenma, dari Pulau Okinawa.  Dengan mundurnya Hatoyama berarti sudah empat perdana menteri lengser dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sebelumnya, Taro Aso, Yasuo Fukuda, serta Shinzo Abe mundur dari jabatan perdana menteri dengan penyebab yang kurang lebih sama, yakni gagal menjalankan amanat rakyat.  Perbincangan dan perdebatan soal tradisi itu sangat relefan untuk terus dikemukakan. Karena itulah, Media Indonesia menggelar Roadshow Bedah Editorial untuk membincangkan soal Etika Berpolitik, Belajar dari Jepang tersebut.
Roadshow pertama digelar di Universitas Esa Unggul, Jakarta, pada Kamis 16 Desember 2011 di Aula Kemala,. Bedah Editorial Media Indonesia selama ini hanya ditayangkan di Metro TV tiap pukul 07.05 hingga 07.30 WIB.  Menurut Kepala Divisi Marketing Communication Media Indonesia (MI) Saiful Bachri, keinginan menggelar roadshow Bedah Editorial tersebut bertujuan untuk mendekatkan MI, khususnya rubrik Editorial, kepada mahasiswa.
“Kami juga ingin mengapresiasi minat dan kemampuan mahasiswa terhadap isu atau masalah yang sedang terjadi. Sekaligus juga ingin melakukan edukasi ‘komunikasi-jurnalistik’ kepada mahasiswa,” papar Saiful di Jakarta, kemarin.  Untuk roadshow di Universitas Esa Unggul, tampil sebagai pembicara Gaudensius Suhardi, anggota Dewan Redaksi Media Group yang juga pembedah editorial di Metro TV. Acara akan dimoderatori Cheryl Tanzil, presenter Metro TV yang juga salah satu host Bedah Editorial Media Indonesia di layar kaca. Saiful menjelaskan, roadshow tidak hanya digelar di Jakarta, melainkan juga di Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan sejumlah kota besar lainnya.
Read More..

Senin, 21 Juni 2010

UIEU dalam ASEAN Campus Journalist di Malaysia & Singapore

UIEU dalam ASEAN Campus Journalist di Malaysia & Singapore
Minggu, 20 Juni 2010

Dua orang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik UIEU, sdri. Rohaimi dan sdr. Febriansyah pada tanggal 15 Mei 2007 mendapat kesempatan berkiprah dengan menulis di harian Media Indonesia dalam rubrik Rostrum. Ini merupakan kesempatan bagi keduanya untuk menulis di harian media nasional sekaligus menguji kemampuan jurnalistiknya. Kedua penulis tersebut menyoroti hubungan prestasi akademik mahasiswa dengan aktivitas organisasi kemahasiswaan. Seorang mahasiswa yang belajar diperguruan tinggi diharapkan mampu meraih prestasi akademik namun mahasiswa juga diharapkan mampu dan aktif dalam onganisasi dan mempunyai prestasi di bidang kegiatan kemahasiswaan. Kesuksesan seseorang tidak hanya lahir dari kecerdasan intelektual saja tetapi juga didukung oleh kecerdasan emotional yang tinggi. Mereka yang mempunyai IPK yang tinggi dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan dapat dipastikan kedepannya akan berkiprah Iebih luas dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Disamping menyoroti hubungan keduanya sdri. Rohaimi yang kini telah bekerja di Freedom Institute juga menyoroti tentang aktivitas UKM KSR INDONUSA sedangkan sdr. Febriansyah yang juga redaksi DPMU dan Suara Kami juga menyoroti hash karya cipta mahasiswi Desain Industri UIEU. Kegiatan seperti ini perlu terus ditumbuh kembangkan untuk menantang para calon-calon jurnalis muda UIEU Iainnya.
Berdasarkan prestasi sdri. Rohaimi maka ia terpilih mengikuti ASEAN Campus Journalist/Leader Exchange Program phase III, acara tersebut berlangsung selama 2 minggu mulai dari tanggal 24 Juni 2007, 1 minggu di Malaysia, dan 1 minggu di Sinagpura. Rekomendasi ini diberikan oleh Bapak Udi Rusadi (Direktur Kelembagaan Komunikasi Sosial SKSD, DEPKOMINFO). Perwakilan dari setiap negara adalah 2 orang delegasi dan Indonesia mengirimkan 2 delegasi 1 dari jakarta yaitu sdri. Rohaimi dan satu lagi dari mahasiswa ITB Bandung. Semoga prestasi ini dapat memberikan motivasi bagi para mahasiswa/i UIEU lainnya. ASEAN Campus Journalist phase III yang diselenggarakan di dua negara yaitu Singapura dan Malaysia diikuti oleh dua puluh satu delegasi dari sepuluh Negara anggota Asean, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Thailand, Fhilipina, Myanmar, Komboja, Vietnam dan Laos.
Acara yang berlangsung selama dua minggu didua Negara tersebut merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN). Pada tahun ini kesempatan diberikan kepada Rohaimi mahasiswa Universitas INDONUSA Esa Unggul Jakarta. Adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa yang saat ini tercatat pada Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan jurnalistik ini, karena selain mendapatkan ilmu yang luar biasa saat mengikuti acara tersebut, juga membawa harum nama almamater tercinta. Mengapa demikian ? sebab secara tidak langsung tiap kali dimulainya session, masing-masing dari peserta diminta untuk menyebutkan asal negara dan dari universitas mana mereka berasal. Setidaknya dua puluh delegasi dari sepuluh Negara anggota ASEAN mengetahui keberadaan Universitas INDOUSA Esa Unggul Jakarta. Bagi mahasiswa semester delapan pengalaman ini begitu luar biasa, karena selain mendaptkan ilmu-ilmu tambahan tentang ” How To Be A Journalist” juga mendapat kesempatan sharing bersama jurnalis yang ada di Malaysia dan Singapura. Selain mendapatkan materi-materi yang sifatnya didalam ruangan, seluruh peserta mendapat kesempatan untuk mengunjungi media yang ada di dua Negara tersebut.
Press Holdings Singapore, Media Corp Singapore dan Star Malaysia adalah media-media yang dikunjungi. Selain melihat langsung bagaimana proses produksi media-media tersebut, juga dilakukan sesi tanya jawab dengan awak redaksi disetiap media tersebut. Kegiatan ASEAN Campus Journalist tidak saja seputar “How To Be A Journalist”, juga mendapatkan pemahaman tentang pers, budaya, sosial, politik dikedua Negara tersebut dan yang tak ketinggalan juga pemahaman tentang ASEAN. Pemahaman tentang sosial politik kedua Negara tersebut misalnya, diberi kesempatan berdialog langsung dengan Menteri Penerangan dikedua Negara tersebut yaitu DR. Vivian Balakrishnan Menteri Penerangan Singapura dan Datuk Seri Zainuddin Maidin Menteri Penerangan Malaysia. sedangkan pemahaman tentang budaya kedua Negara tersebut dengan melakukan kunjungan ke kampung Parit Bugis Malaysia dan Sentosa Island Singapura.
Read More..

Realted Posts