HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERHATIAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PADA MAJALAH LENTERA YCAB
Fransiska1, Sumartono1
1Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang-Kebun Jeruk, Jakarta 11510
fransiscasisca@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat perhatian
dengan tingkat pengetahuan mahasiswa. Hasil penelitian memberikan
gambaran bahwa tingkat perhatian yang tinggi menunjukkan korelasi yang
kuat (r=0,99) dengan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina
Nusantara. Bila tingkat perhatian tinggi maka tingkat pengetahuan
mahasiswa tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan tingkat perhatian
berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan mahasiswa. Kepada humas YCAB
perlu tetap menjaga agar setiap majalah Lentera yang diterbitkan dapat
menarik perhatian untuk menciptakan pengetahuan yang tinggi.
Kata kunci: majalah, perhatian, pengetahuan
Pendahuluan
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan
utama dalam lingkup perusahaan atau organisasi. Komunikasi melibatkan
arus penyampaian informasi dari perusahaan atau organisasi kepada
publiknya, dan sebaliknya, baik internal maupun eksternal. Informasi
yang disampaikan oleh perusahaan atau organisasi, yang diwakili oleh
manajemen atau humas dapat dilakukan dengan berbagai macam saluran
komunikasi. Saluran komunikasi disini adalah media. Media dibedakan
menjadi elektronik, seperti adanya internet, teleconference, email atau
surat elektronik, dan media lain adalah media cetak atau tertulis yang
dapat dilihat dan dibaca dimana saja dan kapan saja seperti majalah,
brosur, buletin, selebaran, poster, spanduk, dan lain sebagainya. Semua
saluran tersebut dapat menciptakan komunikasi antara perusahaan atau
organisasi dengan publiknya. Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) sejak
berdirinya pada tahun 1999 banyak mengadakan berbagai kegiatan sosial
yang berhubungan dengan pencegahan narkoba di masyarakat pada umumnya
dan generasi muda pada khususnya. Selain itu YCAB juga aktif menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak baik lembaga pemerintahan maupun
organisasi internasional yang mempunyai tujuan dan bergerak dalam bidang
yang sama, yaitu pencegahan dan pemberantasan narkoba. Untuk itu YCAB
merasa perlu memiliki suatu media yang berguna sebagai penyampai
informasi dan pesan dari YCAB kepada publiknya.
Atas ide dari bagian humas YCAB,
dipilihlah media cetak dalam bentuk majalah yang diterbitkan tiga bulan
sekali dan diberi nama “Lentera”. Majalah Lentera memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses komunikasi organisasi. Fungsinya sebagai
media untuk menyampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan-kegiatan
YCAB, selain itu di dalamnya terdapat juga artikel-artikel yang dapat
memberikan edukasi tentang narkoba yang bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Majalah ini tidak untuk diperjualbelikan, melainkan
dibagikan secara cuma-cuma kepada semua organisasi yang merupakan relasi
dan sponsor YCAB, juga sekolah dan universitas di Indonesia, khususnya
Jakarta. Salah satu universitas swasta yang menjadi rekan atau relasi
YCAB adalah Universitas Bina Nusantara. Kerjasama antara Universitas
Bina Nusantara dan YCAB telah terjalin kurang lebih 8 (delapan) tahun
lamanya. Dan selama itu pula telah banyak aktifitas dan kegiatan yang
dilakukan bersama. Majalah Lentera termasuk salah satu media komunikasi
penghubung antara mahasiswa Bina Nusantara dan YCAB. Beberapa mahasiswa
Bina Nusantara yang telah mengikuti program-program YCAB seperti Basic Prevention (BP),
pameran, dan sebagainya, dinilai cukup memberikan andil dalam
penerbitan majalah Lentera setiap edisinya. BP YCAB sendiri adalah
program bimbingan dan pelatihan yang secara khusus diadakan oleh YCAB
agar nantinya peserta pelatihan ini dapat menjadi pelatih (trainer)
bagi teman-teman dan masyarakat lain di lingkungan sekitar mereka.
Seperti lingkungan tempat tinggal, lingkungan organisasi mereka, dan
tentu saja lingkungan sekolah atau kuliah dimana mereka berada. Bantuan
mahasiswa Bina Nusantara terhadap perkembangan majalah Lentera antara
lain berupa; menyumbangkan ide atau berbagi cerita dan pengalamannya
mengenai hal-hal seputar masalah narkoba dan kehidupan remaja, mengikuti
lomba membuat puisi, karikatur, dan lain-lain. Ada pula yang
mendaftarkan diri secara langsung untuk menjadi volunteer atau
sukarelawan untuk membantu Humas YCAB dalam proses pembuatan majalah
Lentera. Mengamati hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
seberapa besar tingkat perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara
terhadap majalah Lentera sehingga dapat menciptakan pengetahuan terhadap
isinya. Tingkat pengetahuan akan diukur dari salah satu artikel atau
rubrik News yang berisi tentang salah satu kegiatan atau event besar yang diadakan oleh YCAB, karena penulis menganggap rubrik News adalah
artikel yang informatif dan dapat menarik orang untuk membaca lebih
lanjut artikel tersebut. Juga karena penempatannya tidak jauh dari
halaman depan sehingga dapat terbaca lebih awal dari artikel lainnya.
Dalam hal ini mahasiswa dipilih karena mewakili generasi muda dan
penulis memilih mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah
mengikuti Basic Prevention sebagai sampel penelitian. Yang
menjadi latar belakang penulis memilih mahasiswa Universitas Bina
Nusantara adalah karena Universitas Bina Nusantara memiliki jumlah
mahasiswa tertinggi yang tercatat aktif sebagai sukarelawan YCAB, baik
yang telah mengikuti ataupun yang akan mengikuti BP YCAB. Alasan lainnya
adalah terjadi peningkatan permintaan akan jumlah majalah Lentera di
Universitas Bina Nusantara. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
tingkat perhatian dengan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina
Nusantara pada majalah Lentera, maka penulis menyusun masalah pokok dari
penelitian ini.
Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang penelitian di
atas, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat perhatian
dengan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada
majalah Lentera, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut
:“Sejauhmana hubungan antara tingkat perhatian dengan tingkat
pengetahuan mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada majalah Lentera?”
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
- Mengetahui tingkat perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap majalah Lentera.
- Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina Nusantara mengenai isi majalah Lentera.
- Mengetahui sejauhmana hubungan antara tingkat perhatian dengan
tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada majalah
Lentera.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan ide atau pemikiran dan
masukan dalam kajian ilmu komunikasi terutama dalam perkembangan ilmu
humas yang merupakan ilmu praktikan dari ilmu komunikasi.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan masukan bagi Humas Yayasan
Cinta Anak Bangsa untuk terus meningkatkan pengetahuan masyarakat pada
umumnya dan generasi muda pada khususnya terhadap kegiatan dan informasi
mengenai narkoba melalui majalah Lentera.
Ilmu Komunikasi
Menurut Effendy (2004; 9) : “istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari bahasa Latin “Incommunicatio”, dan bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.”
Ada pula definisi komunikasi yang
dikutip oleh Cangara (2004; 19) dari seorang pakar sosiologi Amerika
Evertt M. Rogers, yang banyak memberi perhatian pada studi riset
komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi
bahwa : “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.” Sedangkan menurut Hovland, seperti yang dikutip oleh
Effendy (2004; 10) ilmu komunikasi adalah : “Upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat (public opinion) dan sikap.” Sendjaja
(1999; 7) juga mengutip definisi komunikasi menurut Harold D. Lasswell,
1960 : “Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
“siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan
“dengan akibat atau hasil apa”. (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?).”
Berdasarkan pengertian di atas maka
penulis menyimpulkan bahwa secara garis besarnya, dalam suatu proses
komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi
pertukaran atau pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan
komunikan (penerima pesan) agar komunikasi dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Komunikasi memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan
suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Artinya,
orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam membentuk suatu makna
serta mengembangkan harapan-harapannya. Dari pengertian komunikasi yang
telah diuraikan terlihat adanya sejumlah unsur atau komponen yang
merupakan kriteria terjadinya kegiatan komunikasi tersebut, seperti yang
dikemukakan oleh Effendy (1989; 14) :
- Komunikator yaitu seorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada orang lain.
- Komunikan yaitu seorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika menyampaikan pesan.
- Pesan yaitu lambang bermakna yang membawa pikiran atau perasaan komunikator.
- Saluran yaitu sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan.
- Efek yaitu tanggapan, respon atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator.
Proses komunikasi pada awalnya dibagi
menjadi dua kategori, yakni komunikasi antarpersona dan komunikasi
massa. Menurut Ardianto dan Erdinaya (2005; 2) : “(Blake &
Haroldsen, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk 1999):
Karakteristik komunikasi antarpersona sebagai suatu proses adalah
komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication)
dan di antara mereka terjadi saling berbagi ide, informasi dan berbagi
sikap.” Sedangkan untuk komunikasi massa, kita dapat mengetahui
karakteristiknya dari beberapa definisi komunikasi massa berikut ini;
masih menurut Ardianto & Erdinaya (2005; 3) mengutip pengertian
komunikasi massa : “merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam
Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat
heterogen, dan menimbulkan efek tertentu”.
Ada pula pendapat Rakhmat (2001; 189) :
“Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.” Definisi mengenai komunikasi massa menurut
Wiryanto (2004; 69) : “Komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis
komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang
disampaikan.” Dari penjelasan di atas, menurut penulis tindakan
komunikasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung yaitu jika komunikator dan komunikannya bertemu dan bertatap
muka secara langsung untuk berbagi informasi atau ide tanpa melalui
media perantara. Sedangkan tindakan komunikasi yang dilakukan secara
tidak langsung yaitu jika proses komunikasi tersebut menggunakan media
perantara. Dalam komunikasi massa, media yang digunakan adalah media
massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio dan
televisi yang dikenal sebagai media elektronik, dan surat kabar serta
majalah disebut sebagai media cetak.
Humas / Public Relations
Istilah “hubungan masyarakat” yang disingkat “humas” sebagai terjemahan dari istilah “public relations”,
di Indonesia sudah benar-benar memasyarakat dalam arti kata telah
dipergunakan secara luas oleh departemen, jawatan, perusahaan, badan,
lembaga, dan organisasi kekaryaan. Dan banyak sekali definisi atau
pengertian dari public relations atau humas yang diberikan oleh para ahli, diantaranya; menurut Djaja (1985; 9) : Kata “Public”
mempunyai arti sekelompok individu yang terikat oleh suatu masalah,
kemudian timbul perbedaan pendapat terhadap masalah tadi dan berusaha
untuk menanggulangi persoalan-persoalan tadi dengan jalan diskusi
sebagai jalan keluarnya. Sedangkan pemakaian istilah “Relations” pada dasarnya artinya hubungan atau relasi yang timbal balik antara publik yang berkepentingan.
Jadi istilah Public Relation dapat
penulis katakan sebagai sekelompok individu yang memiliki kepentingan
tertentu dan memiliki hubungan yang timbal balik. Lain lagi pendapat
yang datang dari Tondowidjojo (2002; 7) : “Humas atau “Public Relation”
adalah hubungan yang terbuka dengan masyarakat. Humas memasyarakatkan
kebijaksanaan untuk mempengaruhi pendapat masyarakat, atau suatu
penyebaran pengaruh secara sadar dan terencana.” Penulis mengartikan
istilah humas menurut Tondowidjojo adalah memasyarakatkan suatu
kebijakan dan menyebarkannya untuk mempengaruhi khalayak kearah yang
diinginkan. Khalayak yang dimaksud disini adalah mahasiswa Universitas
Bina Nusantara dan kebijakan atau pengaruh yang disebarkan adalah untuk
menjauhi narkoba.
Ada pula pendapat dari I Gusti (1999; 4)
: Humas sebagai kegiatan komunikasi dalam bentuk penyebaran informasi.
Pada dasarnya, kegiatan humas harus dikembalikan kepada makna kata
komunikasi yang sesungguhnya, yaitu “sharing” informasi
(pertukaran informasi). …kegiatan humas pada dasarnya adalah kegiatan
yang disengaja atau intentional. Ia sengaja dilakukan untuk
mempengaruhi, meningkatkan pemahaman, menyediakan informasi dan
memperoleh umpan balik. Definisi hubungan masyarakat sangat beragam,
namun memiliki inti yang sama. Dari beberapa definisi humas di atas,
penulis menyimpulkan bahwa humas merupakan proses komunikasi yang
bertujuan untuk menyebarkan informasi dengan maksud meningkatkan
pemahaman, yang berarti juga meningkatkan pengetahuan serta untuk
membina hubungan baik antara instansi / lembaga dengan khalayaknya agar
tercipta suatu pencitraan atau lainnya. Menurut Kusumastuti (2002; 27) :
Kegiatan humas hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai
macam symbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Kegiatan komunikasi
verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal,
artikel, progress report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press release), membuat rekomendasi, dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa pers, guest guide/open house, announcer, presenter, desk information, dan sebagainya. Kegiatan komunikasi nonverbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event,
riset / penelitian, pers kliping, dan sebagainya. … Untuk membantu
kegiatannya, humas menggunakan alat-alat atau media tertentu, antara
lain : Iklan, pameran, media Internal, fotografi, film, pers.
Pengertian diatas sejalan dengan apa
yang telah dilakukan humas YCAB, yaitu menyusun atau menyajikan dan
menyebarkan informasi mengenai YCAB dan segala hal yang berhubungan
dengan masalah narkoba dalam bentuk majalah.
Yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta untuk membina hubungan baik dengan khalayaknya.
Majalah
Definisi tentang majalah menurut
Kusumastuti (2002; 33) adalah sebagai berikut : Media internal atau
dikenal dengan istilah majalah ing-griya, merupakan suatu terbitan yang
ditujukan untuk publik internal (karyawan dan keluarga karyawan), berisi
tentang beberapa informasi perusahaan, Terbitan inggriya, dapat dalam
bentuk news letter, bulletin, majalah, atau tabloid.
Pengelolanya adalah bagian humas. Ragam sajiannya dapat berupa foto,
pengumuman, artikel, berita (spot news maupun features) tentang
perusahaan, profil karyawan berprestasi, program perusahaan, manajemen,
pembentukan sikap/ kepribadian, peraturan-peraturan baru,
kegiatan-kegiatan perusahaan, ulang tahun, kutipan buku, sampai dengan
hiburan semisal cerpen, karikatur, komik, kisah humor, dan sebagainya.
Terbitan ing-griya dapat juga sebagai media publikasi tersendiri bagi
perusahaan di kalangan eksternal publik.
Klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima
kategori utama, seperti yang dikutip oleh Ardianto dan Erdinaya (2005;
107), (Dominick. 2000: 209) :
- General consumer magazine (majalah konsumen umum)
Konsumen majalah ini siapa saja. …
Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa
yang diiklankan pada halaman-halaman tertentu.
- Business publication (majalah bisnis)
Disebut juga trade publication. Melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual mall atau supermall,
pembacanya terbatas pada kaum professional atau pelaku bisnis.
Produk-produk yang diiklankan umumnya hanya dibeli oleh organisasi
bisnis atau kaum
professional.
- Literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah)
Pada umumnya memiliki sirkulasi di bawah
10 ribu, dan banyak diterbitkan oleh organisasi-organisasi nonprofit,
universitas, yayasan atau organisasi professional. Mereka menerbitkan
empat edisi atau kurang dari itu setiap tahunnya, dan kebanyakan tidak
menerima iklan.
- Newsletter (majalah khusus terbitan berkala)
Media ini dipublikasikan dengan bentuk
khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula. Media ini
didistribusikan secara gratis atau dijual secara berlangganan.
- Public Relations Magazines (Majalah Humas)
Majalah PR ini diterbitkan oleh
perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan,
agen, pelanggan dan pemegang saham.
Dari penjelasan diatas, bila dihubungkan
dengan penelitian ini, majalah Lentera adalah media internal yang
ditujukan untuk publik internal dan eksternal. Majalah Lentera terbit 4
(empat) kali dalam setahun atau 3 (tiga) bulan sekali dan tidak untuk
diperjualbelikan. Akan tetapi majalah Lentera menerima pemasangan iklan
dan dapat menjadi alat promosi organisasi untuk menjalin kerjasama
dengan pihak lain. Oleh karena itu majalah Lentera dapat dimasukkan
dalam klasifikasi majalah humas, majalah khusus terbitan berkala, dan
majalah kritik sastra atau majalah ilmiah. Masih menurut Ardianto dan
Erdinaya (2005; 113-115), majalah memiliki karakteristik tersendiri :
- Penyajian lebih dalam
Frekuensi terbit majalah pada umumnya
adalah mingguan, selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (1 x sebulan),
berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena dibubuhi
latar belakang peristiwa atau unsur why dikemukakan secara lengkap, begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how) dikemukakan secara kronologis.
- Nilai aktualitas lebih lama
Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu.
- Gambar / foto lebih banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak,
sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat
menampilkan gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan
kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun
lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik
tersendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif. Daya tarik
foto sangat besar bagi pembacanya, karena itu promosi majalah edisi
terbaru seringkali menonjolkan foto.
- Cover (sampul) sebagai daya tarik
Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya cover suatu
majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau
keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya pada intinya
dapat dikemukakan bahwa cover merupakan salah satu faktor daya
tarik suatu majalah yang menunjukkan ciri suatu majalah, sehingga secara
sepintas pembaca dapat mengidentifikasikan majalah tersebut. Dalam hal
ini bila dihubungkan dengan penelitian, majalah Lentera yang dibuat oleh
humas YCAB dapat dikategorikan atau disebut majalah karena memiliki
ciri dan karakteristik dari sebuah majalah. Yaitu, majalah Lentera
menyajikan peristiwa dan informasi yang berhubungan dengan masalah
narkoba secara lengkap dan mendalam, memiliki nilai aktualitas yang
lama, juga dalam menampilkan informasi, berita, maupun peristiwa
disertai dengan foto/gambar yang banyak, satu hal yang penting majalah
Lentera memiliki cover dengan kualitas warna dan kertas yang bagus sebagai daya tarik.
Perhatian
Beberapa pendapat mengenai pengertian dan definisi perhatian (Attention).
Seperti yang dikutip oleh Rakhmat (2001; 52) : “Perhatian adalah proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita
mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain (Kenneth
E. Andersen 1972:46).” Ada juga pendapat dari Effendy (1999; 20)
mengenai definisi dari perhatian, yaitu : “Proses tanggapan pada diri
seseorang terhadap suatu perangsang tertentu.” Sedangkan pengertian
perhatian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
Badudu dan Zain (1996; 504) adalah : “1) minat, apa yang disukai dan
disenangi. 2) kepedulian, kesiapan untuk memperhatikan.”Pendapat lain
mengenai pengertian perhatian datang dari Peter dan Olson (1999;108) :
“Perhatian berkonotasi dengan kesadaran. Mengamati suatu rangsangan,
berarti sadar akan hal itu. Perhatian juga menyatakan intensitas dan
ketertarikan.”
Perhatian dapat disebut juga atensi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris (attention). Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, karangan Dagun (1996; 504) : “Atensi (Ing : attention; Lat : attentio, attendere = memperhatikan) Psi Keadaan
mental yang mendorong seseorang mengarahkan dan memusatkan kegiatan
kognitif dan praktisnya pada suatu objek / suatu tindakan tertentu.”
Dari beberapa pendapat ahli tentang
perhatian, penulis menyimpulkan bahwa perhatian dapat terbentuk atau
terjadi karena adanya kepedulian akan rangsangan atau stimuli yang
datang dari salah satu alat indera kita. Stimuli tersebut disukai atau
diminati serta dilakukan secara sadar dengan mengamati dan memiliki
kesiapan serta berkonsentrasi untuk memperhatikan stimuli atau objek
tersebut. Dalam penelitian ini stimuli atau objek yang dimaksud adalah
majalah Lentera. Rangsangan dari stimuli akan masuk melalui indera
penglihatan, yaitu mata. Kemudian rangsangan tersebut akan mendorong
individu untuk melakukan kegiatan kognitif atau praktis. Menurut penulis
kegiatan kognitif atau praktis yang dapat dilakukan terhadap objek
penelitian ini, yaitu majalah lentera adalah kegiatan membaca. Untuk
mengetahui seseorang perhatian atau tidak pada sesuatu yang dibacanya
dapat diketahui dari cara ia membacanya. Menurut Bertens (2005; 69- 73) :
Pada umumnya tujuan utama waktu membaca adalah mencari informasi,
tetapi dalam mencari informasi kita mempunyai tujuan lebih spesifik
lagi. Tujuan yang kita punya sangat mempengaruhi cara membaca : membaca
sepintas dan membaca secara mendalam. Kita membaca sepintas, jika kita
hanya mencari inti pemikiran penulis atau suatu topik khusus yang kita
sangka disinggung dalam buku tersebut. Cara membaca yang kedua adalah
membaca secara mendalam. Seluruh buku dibaca dengan teliti, bahkan
mungkin sampai beberapa kali.
Masih menurut Bertens (2005; 75),
cara-cara efektif dalam membaca adalah : Bagi mahasiswa yang merupakan
pemula di bidang intelektual, lebih penting mencari keadaan kondusif, di
mana ia dapat berkonsentrasi sepenuhnya pada teks yang sedang dibaca.
Mulai dulu dengan menciptakan suasana tenang, supaya perhatian dapat
terkonsentrasi penuh. Kalau Anda membaca secara mendalam, sangat
dianjurkan membuat catatan. Di sini juga berlaku bahwa dengan mencatat
kita dapat memantapkan konsentrasi. Perlu Anda ketahui bahwa membaca
adalah suatu proses yang boleh disebut sebagai apropriasi,
yaitu suatu proses “manjadikan apa yang Anda baca itu sebagai milik
pribadi”. Terhadap buku milik pribadi, Anda justru harus membacanya
dengan menandai bagian-bagian tertentu dari yang Anda baca itu dengan
stabilo warna-warni. Anda boleh memberi catatan tertentu di margin
kosong di sebelahnya.
Hal mengenai kegiatan membaca juga
diungkapkan oleh Kapadia (2006; 52) : Nenek moyang kita mempelajari
bahwa pikiran kita tidak terfokus hanya pada satu hal, namun jika kita
mengerti apa yang kita lihat dalam pikiran, kita akan berkonsentrasi
dengan lebih baik. Konsentrasi adalah fondasi ingatan. Dengan bantuan
konsentrasi, kita dapat memahami suatu topik dan menyimpannya, serta
dapat mengingatnya kembali dengan mudah. … Jika Anda bertanya kepada
diri sendiri pada saat membaca, Anda akan mendapatkan inti sari dari apa
yang sedang dibaca. Pada saat yang sama, Anda juga harus memikirkan
topiknya. Dengan demikian akan terjadi kerja sama antara proses membaca
dan berpikir. Apabila kedua proses ini bergerak secara bersamaan. Anda
dapat memahami topiknya, menyimpannya, dan mengingatnya kembali. Menurut
Rakhmat (2001; 52-54) ada beberapa faktor yang menentukan perhatian,
yakni :
- Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain :
- Gerakan, seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
- Intensitas Stimuli, kita akan memperhatikan stimuli yang lebih
menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih,
iklan setengah halaman pada surat kabar, sukar lolos dari perhatian
kita.
- Kebaruan (Novelty), Hal-hal yang baru, yang luar biasa,
yang berbeda, akan menarik perhatian. Media massa juga tidak
henti-hentinya menyajikan program-program baru. Tanpa hal-hal yang baru,
stimuli manjadi monoton, membosankan, dan lepas dari perhatian.
- Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai
dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Perulangan juga
mengandung unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita.
- Faktor Internal Penaruh Perhatian
- Faktor-faktor Biologis
- Faktor-faktor Sosiopsikologis
Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan
kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Menurut Mulyana (2002;
184), ada satu lagi faktor eksternal yang mempengaruhi atensi, yaitu :
“kontras, kita melihat bahwa suatu nama surat kabar atau majalah atau
iklan televisi sering disertai dengan suatu unsur yang kontras, sebagai eye-catcher atau ear-catcher-nya. Misalnya tulisan WORLD bisa dilengkapi dengan mengubah huruf O tersebut menjadi gambar bumi (globe), yang merupakan unsur kontrasnya.”
Berdasarkan keterangan diatas, penulis
menyimpulkan perhatian adalah suatu proses tanggapan berupa tindakan
yang membutuhkan konsentrasi pada sesuatu hal yang disebabkan adanya
faktor yang menonjol, baik dari pihak eksternal maupun internal diri
kita sendiri. Yang membuat kita ingin mengetahui lebih dalam lagi
mengenai hal tersebut. Seseorang akan menaruh perhatian pada suatu hal
jika ia merasa senang atau suka dengan hal yang diterima oleh panca
inderanya. Apabila dikaitkan dengan masalah pokok penelitian ini,
perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap majalah Lentera
adalah berusaha untuk memiliki majalah Lentera edisi terbaru dan
membacanya secara mendalam. Jadi, dari hal-hal diatas yang relevan dapat
dijadikan indikator dari perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara
pada majalah Lentera, adalah :
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara berusaha untuk memiliki majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca sebagian besar isi majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera di tempat yang tenang
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera dengan konsenterasi
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara menandai dengan stabilo atau
mengaris bawahi bagian yang dianggap penting dalam majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membuat catatan kecil dari artikel yang dibacanya dalam majalah Lentera
Pengetahuan
Soekanto (2002; 6) mengutip pendapat William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff dari bukunya yang berjudul Sociology tentang
pengetahuan sebagai berikut : Yang dimaksudkan dengan pengetahuan
adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (supersititions) dan peneranganpenerangan yang keliru (missinformations).
Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan
prasangka sebagai akibat ketidakpastian. Definisi pengetahuan yang
terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Badudu dan Zain
(1996; 498) adalah : “1 Segala sesuatu yang diketahui karena
mempelajarinya; ilmu. 2 yang diketahui karena mengalami, melihat,
mendengar.” Vardiansyah (2005; 2-3) dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, membahas sedikit tentang pengetahuan :
Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, terdorong naluri ingin tahu,
ia pun bertanya: apakah ini? Dari mana datangnya? Apa sebabnya
demikian? Manusia yang semula tidak tahu berusaha untuk tahu dan
kemudian mencari tahu, hingga keingintahuan itu terpenuhi. Sebelum
mengetahui, manusia terlebih dahulu melihat, mendengar, serta merasa
segala yang ada di sekitarnya. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa
itulah yang merangsang naluri ingin tahu. Yang terutama terkena
rangsang adalah indranya: penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran,
serta pengecapan. Hasil persentuhan alam dengan panca indra disebut
pengalaman: pengalaman. Pengetahuan ada jika manusia demi pengalamannya
mampu mencetuskan pernyataan atau putusan atas objeknya. Dengan kata
lain, orang yang tidak dapat memberi pernyataan atau putusan demi
pengalamannya tidak berpengetahuan.
Ada pula pendapat dari Poedjawijatna
(2004; 24) : “kalau pengetahuan yang disebut ilmu itu menghasilkan guna
bagi yang tahu itu atau bagi umat manusia pada umumnya, syukurlah,
tetapi tujuannya pertama ialah tahu yang mendalam, sedapat mungkin tahu
benar, apa sebabnya demikian dan mengapa harus demikian.” Dari pendapat
para ahli diatas, penulis berpendapat bahwa pengetahuan adalah semua hal
atau peristiwa yang dialami, dilihat dan didengar secara mendalam oleh
seseorang, dan ia mencari tahu dengan cara mempelajarinya atau melalui
proses belajar, yang selanjutnya hal tersebut menjadi ilmu bagi dirinya.
Barulah ia dapat memiliki pengetahuan akan suatu hal atau peristiwa
tersebut. Syafiie (2004; 33-34) mengutip pendapat menurut Benjamin S.
Bloom, pembelajaran kognitif memiliki urutan sebagai berikut :
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Pengetahuan berada pada urutan pertama.
Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi, fakta
terminologi, rumus (sehingga dengan demikian kita akan mengidentifikasi,
memilih, menyebut nama, dan membuat daftar, sebagai tingkat yang paling
rendah). Dari keempat unsur tersebut yang relevan untuk penulis ambil
sebagai indikator untuk variabel pengetahuan adalah unsur
mengidentifikasikan. Unsur memilih dan menyebut nama tidak penulis
sertakan karena dapat penulis artikan sudah termasuk dalam unsur
mengidentifikasikan. Sedangkan unsur membuat daftar tidak relevan dengan
bahan penelitian ini. Mengidentifikasi bila dilihat dari dasar kata
yang dimiliki adalah identitas. Dalam kamus komunikasi, karangan Effendy
(1989 ; 171) : “(identity) : ciri sesuatu atau seseorang
secara khas yang membedakannya dari yang lain.” Dapat dikatakan
mengidentifikasi adalah mencirikan sesuatu atau seseorang secara khas
yang membedakannya dari yang lain. Dalam penelitian ini yang
diidentifikasi adalah artikel atau salah satu rubrik News dari majalah Lentera.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap majalah Lentera dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung unsur
5W + 1H sebagai indikatornya :
• Apa yang terjadi (what) ?
• Dimana hal itu terjadi (where) ?
• Kapan peristiwa itu terjadi (when) ?
• Siapa saja yang terlibat (who) ?
• Kenapa hal itu terjadi (why) ?
• Bagaimana hal itu terjadi (how) ?
Kemampuan menjawab pertanyaan dengan
benar menandakan pengetahuan mahasiswa terhadap majalah Lentera,
sehingga setiap mahasiswa dapat mengidentifikasi informasi yang terdapat
dalam majalah Lentera tersebut.
Operasionalisasi Variabel/Konsep / Kategorisasi
Variabel X : Perhatian
Perhatian adalah suatu proses tanggapan
berupa tindakan yang membutuhkan konsentrasi pada sesuatu hal yang
disebabkan adanya faktor yang menonjol, baik dari pihak eksternal maupun
internal diri kita sendiri.
Indikator :
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara berusaha untuk memiliki majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca sebagian besar isi majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera di tempat yang tenang
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera dengan konsenterasi
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara menandai dengan stabilo atau
mengaris bawahi bagian yang dianggap penting dalam majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membuat catatan kecil dari artikel yang dibacanya dalam majalah Lentera
Untuk mengetahui tingkat perhatian
mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada majalah Lentera, penulis akan
menggunakan pengukuran dengan skala ordinal. Menurut Singarimbun dan
Effendi (1995; 102) skala ordinal adalah : “Tingkat ukuran yang
memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan
“paling rendah” ke tingkatan “paling tinggi” menurut suatu atribut
tertentu.” Penulis akan mengajukan 6 pertanyaan dengan ketentuan
masing-masing pertanyaan memiliki 3 jawaban. Masing-masing jawaban
memiliki nilai sebagai berikut : a = 3 b = 2 c = 1
Dengan demikian, nilai tertinggi diperoleh adalah 18 dan terendah adalah 6.
Atribut :
a. Tinggi, jika responden mendapat nilai 14 – 18 dari 6 pertanyaan yang diajukan.
b. Sedang, jika responden mendapat nilai 10 – 13 dari 6 pertanyaan yang diajukan.
c. Rendah, jika responden mendapat nilai 6 – 9 dari 6 pertanyaan yang diajukan.
Variabel Y : Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua hal atau
peristiwa yang dialami, dilihat dan didengar secara mendalam oleh
seseorang, dan ia mencari tahu dengan cara mempelajarinya atau melalui
proses belajar, yang selanjutnya hal tersebut menjadi ilmu bagi dirinya.
Barulah ia dapat memiliki pengetahuan akan suatu hal atau peristiwa
tersebut.
Indikator :
• Apa yang terjadi (what) ?
• Dimana hal itu terjadi (where) ?
• Kapan peristiwa itu terjadi (when) ?
• Siapa saja yang terlibat (who) ?
• Kenapa hal itu terjadi (why) ?
• Bagaimana hal itu terjadi (how) ?
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada majalah Lentera, penulis akan
menggunakan pengukuran dengan skala ordinal. Penulis akan mengajukan 5
pertanyaan yang diambil dari salah satu artikel yang ada dalam majalah
Lentera. Dengan ketentuan masing-masing pertanyaan memiliki 3 jawaban.
Masing-masing jawaban memiliki nilai sebagai berikut : a = 3 b = 2 c = 1
Dengan demikian, nilai tertinggi diperoleh adalah 15 dan terendah adalah 5.
Atribut :
- Tinggi, jika responden mendapat nilai 12 – 15 dari 5 pertanyaan yang diajukan.
- Sedang, jika responden mendapat nilai 8 – 11 dari 5 pertanyaan yang diajukan.
- Rendah, jika responden mendapat nilai 5 – 7 dari 5 pertanyaan yang diajukan.
Hipotesis
Hubungan antara variabel tingkat
perhatian dan variabel tingkat pengetahuan memiliki hubungan yang
langsung. Hal tersebut dapat digambar menjadi bagan sebagai berikut :
Gambar 2
Hipotesis
Keterangan :
• Variabel X adalah tingkat perhatian
• Variabel Y adalah tingkat pengetahuan
Dari penjelasan diatas, maka penulis
dapat membuat hipotesis penelitian ini sebagai berikut : “ Jika tingkat
perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara tinggi pada majalah
Lentera, maka tingkat pengetahuan pada isinya pun tinggi”
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelatif. Desain ini bertujuan untuk menemukan hubungan
antara variabel X (tingkat perhatian) dan variabel Y (tingkat
pengetahuan) mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada majalah Lentera.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey.
Menurut Singarimbun (1995; 5) : “Penelitian survey adalah penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data yang pokok.”
Ada pula pendapat menurut Venus (2004;
74) : “Metode survey melibatkan pengumpulan data dalam jumlah yang
besar. Data dikumpulkan melalui kuesioner atau wawancara yang dilaporkan
terhadap sekelompok besar orang yang disebut dengan populasi. Dari
populasi ini kemudian dipilih sebagian besar orang tersebut melalui
prosedur pemilihan sampel yang ilmiah.” Jadi berdasarkan keterangan
diatas, penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan sebagian
populasi sebagai sampel melalui pemilihan sampel yang ilmiah dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menurut
Hasan (2002; 28) : “Kuisioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan
yang digunakan untuk memperoleh data dari responden, dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahui.”
Sumber Data
Populasi adalah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Menurut Sugiyono (2002; 55) :
“Pengertian populasi (universal) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik suatu kesimpulan problematik yang terdapat dalam pemilihan data
kuantitatif yang lebih menekankan pada data kuantitatif.” Penulis
menyimpulkan bahwa populasi adalah kelompok subyek yang menjadi sumber
penarikan sampel untuk pengukuran statistik. Populasi penelitian ini
adalah mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti program
Basic Prevention dari YCAB. Menurut penulis, populasi mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti “Basic Prevention”
(BP) YCAB cukup heterogen dari berbagai jumlah di tiap-tiap fakultas
yang ada. Karena batas populasi jelas, jumlahnya besar dan sifatnya
heterogen, penulis mengambil sampel dengan cara acak stratifikasi dr
probality sampling (random sampling).
Sampel
Sampel dalam suatu penelitian digunakan
untuk memudahkan diperolehnya data-data yang diperlukan. Sampel adalah
bagian dari populasi statistik yang sifat-sifatnya diteliti untuk
memperoleh informasi mengenai keseluruhan.
Gambar 3
Sampel
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989;
162-164) : Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat
populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus
dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan
dari setiap lapisan dapat diambil sample secara acak. Dalam sampel
berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang
lain mungkin sama, mungkin pula berbeda. Besarnya sampel yang diambil
dari tiap-tiap stratum dapat berimbang dan dapat pula tidak berimbang.
Ada pula pendapat dari Rakhmat (2005; 79) : Sampling berstrata, seperti ditunjukkan namanya, melibatkan pembagian populasi ke dalam kelas, kategori, atau kelompok yang disebut strata.
Karakteristik strata boleh jadi kota, daerah, suku bangsa, jenis
kelamin, status, usia, dan sebagainya. Ada dua jenis sampel strata: proporsional dan disproporsional.
Dalam sampel strata proporsional, dari setiap strata diambil sampel
yang sebanding dengan besar setiap strata. Angka yang menunjukkan berapa
persen dari setiap strata diambil disebut pecahan sampling (sampling
fraction). Pada sampel strata, pecahan sampling untuk setiap strata
sama. Penulis akan membagi populasi menjadi 4 strata berdasarkan
Fakultas atau jurusan yang diambil, yaitu : Fakultas Teknik, Fakultas
Ekonomi, Fakultas Sastra, dan Fakultas Ilmu Komputer. Dengan
mempertimbangkan semua mahasiswa memiliki kebutuhan akan pengetahuan
tentang kegiatan YCAB. Pembagian populasi menurut jumlah mahasiswa di
tiap-tiap fakultas adalah :
Tabel 1
Pembagian Populasi
Fakultas |
Jumlah Mahasiswa |
Teknik |
172 orang |
Ekonomi |
228 orang |
Sastra |
230 orang |
Ilmu Komputer |
354 orang |
Jumlah Populasi |
984 orang |
Sumber : Data Departemen Kampanye YCAB
Besaran sampel yang diambil adalah 10%
dari jumlah populasi di setiap fakultas. Besaran ini diambil berdasarkan
pendapat Rakhmat (2005; 81) : “Pecahan sampling 0,10 atau 0,20 sering
dianggap banyak peneliti sebagai ukuran sampel yang memadai.” Jumlah
sample yang diambil adalah sebagai
berikut :
Tabel 2
Distribusi Sampel
Fakultas |
Jumlah Mahasiswa |
Sampel |
Teknik |
172 orang |
17 Orang |
Ekonomi |
228 orang |
23 Orang |
Sastra |
230 orang |
23 Orang |
Ilmu Komputer |
354 orang |
35 Orang |
Jumlah Populasi |
984 orang |
98 Orang |
Untuk menentukan mahasiswa sampel,
penulis akan melakukan pemilihan acak (random) di masing-masing
fakultas. Hal ini sesuai dengan prinsip probabilitas (acak) dimana
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Bahan Penelitian dan Unit Analisis
Penelitian penulis mempunyai 2 variabel,
yakni variabel tingkat perhatian dan variabel tingkat pengetahuan.
Untuk variabel tingkat perhatian, bahan penelitian yang dilakukan
penulis adalah mahasiswa Universitas Bina Nusantara, unit analisisnya
adalah individu. Sedangkan untuk variabel tingkat pengetahuan, bahan
penelitian yang digunakan penulis adalah mahasiswa Universitas Bina
Nusantara yang mengetahui isi majalah Lentera, unit analisisnya adalah
individu juga.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lapangan akan
dilakukan penulis dengan menggunakan teknik survey yang menggunakan
daftar pertanyaan atau kuesioner kepada para responden. Sedangkan data
sekunder akan diperoleh penulis dari buku-buku perpustakaan sebagai
acuan teori yang sesuai dengan penulisan
proposal skripsi ini.
Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989;
140) : “Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Reliabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau diandalkan.” Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik
pengukuran ulang (testretest) dengan menyebarkan kuesioner yang
terdiri dari 11 pertanyaan seputar majalah Lentera kepada 10 orang
mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti BP YCAB.
Tabel 3
Pengukuran I
Resp .
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
Y
|
|
|
Total
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
a
|
3
|
2
|
1
|
2
|
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
23
|
b
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
29
|
c
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
3
|
24
|
d
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
30
|
e
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
1
|
1
|
3
|
2
|
24
|
f
|
3
|
3
|
1
|
3
|
2
|
2
|
3
|
1
|
1
|
2
|
3
|
24
|
g
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
3
|
2
|
28
|
h
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
1
|
3
|
25
|
i
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
1
|
2
|
1
|
26
|
j
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2
|
1
|
2
|
3
|
26
|
Tabel 4
Pengukuran II
Resp .
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
Y
|
|
|
Total
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
a
|
3
|
2
|
1
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
24
|
b
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
28
|
c
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
24
|
d
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
3
|
29
|
e
|
2
|
3
|
2
|
1
|
2
|
3
|
2
|
1
|
1
|
2
|
2
|
21
|
f
|
3
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
27
|
g
|
3
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
1
|
3
|
3
|
26
|
h
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
26
|
i
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
1
|
1
|
2
|
1
|
24
|
j
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
1
|
1
|
3
|
25
|
Selanjutnya hasil Pengukuran I dikorelasikan dengan Pengukuran II dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Tabel 5
Pengukuran Korelasi
n = 10
Resp.
|
X
|
Y
|
X²
|
Y²
|
XY
|
a
|
23
|
24
|
529
|
576
|
552
|
b
|
29
|
28
|
841
|
784
|
812
|
c
|
24
|
24
|
576
|
576
|
576
|
d
|
30
|
29
|
900
|
841
|
870
|
e
|
24
|
21
|
576
|
441
|
504
|
f
|
24
|
27
|
576
|
729
|
648
|
g
|
28
|
26
|
784
|
676
|
728
|
h
|
25
|
26
|
625
|
676
|
650
|
i
|
26
|
24
|
676
|
576
|
624
|
j
|
26
|
25
|
676
|
625
|
650
|
∑
|
259
|
254
|
6759
|
6500
|
6614
|
Catatan : X adalah total skor Pengukuran I, Y adalah total skor Pengukuran II
Dari hasil perhitungan diatas, angka
korelasi yang diperoleh melebihi angka kritik dalam Tabel nilai r, yaitu
0,632 untuk taraf signifikansi 5%, maka korelasi tersebut signifikan.
Hal ini berarti hasil Pengukuran I dan Pengukuran II relatif konsisten.
Dengan demikian skala pengukur yang disusun adalah reliabel. Selain
reliabilitas, juga diuji validitas instrument alat ukur. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1989; 124) : “Validitas menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas alat
pengukur data menurut beberapa ahli (anastasi, 1973 dan nunnally, 1979)
dapat digolongkan dalam beberapa jenis.” Dalam penelitian ini, untuk
menguji variabel X dan Y, yakni pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
diuji validitas konstruknya sesuai dengan prosedur. Masih menurut
singarimbun dan Effendi (1989; 124) : Validitas konstruk (construct)
adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk mencari kerangka konsep
tersebut dapat ditempuh berbagai cara, yakni: mencari definisi-definisi
konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur;
kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep
yang diukur, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut
dengan ahli-ahli yang kompeten di bidang konsep yang akan diukur;
menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau
orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Untuk menguji validitas, penulis akan menyebarkan kuesioner yang terdiri
dari 11 pertanyaan seputar majalah Lentera kepada anggota sampel, yaitu
98 orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti BP
YCAB. Setelah data didapat kemudian dimasukkan ke dalam tabel tabulasi
jawaban responden. Selanjutnya menghitung korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment.
Karena ada 11 pertanyaan di dalam skala pengukur, maka ada 11 korelasi product moment yang dilakukan. Hasilnya adalah seperti berikut :
Pertanyaan no. 1 = 0,577
Pertanyaan no. 2 = 0,629
Pertanyaan no. 3 = 0,603
Pertanyaan no. 4 = 0,558
Pertanyaan no. 5 = 0,636
Pertanyaan no. 6 = 0,677
Pertanyaan no. 7 = 0,719
Pertanyaan no. 8 = 0,619
Pertanyaan no. 9 = 0,621
Pertanyaan no. 10 = 0,574
Pertanyaan no. 11 = 0,728
Secara statistik, angka korelasi yang
diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r,
dengan melihat baris N-2. Karena responden dalam penelitian ini ada 98
orang, maka jalur yang dilihat adalah baris 98-2=96 (masuk dalam baris
100). Untuk taraf signifikansi 5% angka kritik adalah 0,195, sedangkan
untuk taraf signifikansi 1% angka kritik adalah 0,254. Berhubung angka
korelasi yang diperoleh dari pertanyaan no. 1 sampai dengan no. 11
adalah di atas angka kritik taraf 5% dan 1%, maka pertanyaan no. 1
sampai dengan no. 11 adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstrak.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari variabel
tingkat perhatian akan penulis masukkan ke dalam tabel tunggal. Data
yang diperoleh dari variabel tingkat pengetahuan juga akan penulis
masukkan ke dalam tabel tunggal. Untuk mengetahui apakah ada hubungan
atau korelasi dari 2 variabel tersebut, penulis akan menggunakan tabel
silang.
Hasil dan Pembahasan
Produk Humas Internal
Produk yang dihasilkan oleh humas internal antara lain :
- Brosur : Berisi informasi tentang berbagai obat-obatan terlarang yang biasa disalah gunakan oleh pecandu.
- Booklet : Hampir sama isinya dengan brosur tetapi disini
informasinya lebih lengkap sampaipada gejala atau ciri-ciri pecandu,
bahasa yang mereka gunakan, dll.
- Spanduk : Dibuat untuk mengumumkan sesuatu, yang bersifat sewaktu-waktu.
- Poster : Dibuat untuk menginformasikan sesuatu, misalnya ketika YCAB
mengadakan lomba atau acara seperti konser musik, dll. Biasanya poster
ini ditempel di sekolah, universitas, atau tempat-tempat yang sesuai.
- Organization Profile : Terbentuk berdasarkan kolaborasi dari berbagai unit.
- Kartu Pos : Dimana terdapat gambar-gambar yang memberikan pesan moral untuk menjauhi narkoba.
- Majalah Lentera : Majalah yang tidak diperjualbelikan melainkan
dibagikan secara Cuma-Cuma. Berisi tentang semua kegiatan yang dilakukan
oleh YCAB, profil orang terkenal yang dapat menjadi contoh bagi
generasi muda, pengalaman hidup, dll.
Majalah Lentera sebagai media informasi.
a. Lahirnya majalah Lentera
Majalah Lentera lahir pada bulan
Februari 2001 atas ide atau usulan dari Departemen Humas YCAB, karena
dianggap penting dan perlu untuk menyampaikan informasi dari YCAB kepada
publik atau masyarakat awam agar lebih banyak lagi orang yang tahu dan
mengenal keberadaan YCAB, sehingga
dapat bersama-sama menyelamatkan generasi muda dari narkoba.
b. Tujuan diterbitkannya majalah Lentera.
Majalah Lentera diterbitkan bukan semata-mata hanya untuk menambah jumlah produk yang ada di dalam internal communication,
tetapi memiliki peranan yang penting dalam arus komunikasi organisasi.
Majalah Lentera berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi
dari YCAB kepada seluruh pihak yang menjalin kerjasama dengan YCAB juga
masyarakat khususnya orangtua dan generasi muda.
c. Isi Majalah Lentera
Majalah Lentera selain berisi ulasan mengenai kegiatan yang telah diselenggarakan oleh YCAB juga ada cover story, yaitu artikel dari public figure yang
menjadi cover majalah lentera tersebut, seperti pengalaman atau
kegiatan yang dilakukan yang berkaitan dengan masalah narkoba, AIDS,
dll. Ada pula News, profile, photo gallery, event calendar,
dll. Dipaparkan dalam dua bahasa yaitu, bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris sehingga informasi yang terkandung di dalamnya dapat diterima
dengan jelas oleh orang Indonesia maupun orang asing yang menjadi partner YCAB. Komunikasi ini bersifat mediated (bermedia) satu arah (one way traffic communication) dari organisasi dengan metode jurnalistik cetak, yang berfungsi untuk menyampaikan informasi (to inform), yang bertujuan untuk merubah pendapat (opinion change) serta menciptakan pengetahuan kepada seluruh masyarakat.
Identitas Responden
Dalam penelitian identitas responden
penulis mengadakan pembagian menjadi 4 golongan besar, yaitu berdasarkan
jenis kelamin, usia, angkatan, dan fakultas.
Jenis Kelamin :
Penulis menetapkan 2 (dua) kategori yaitu; laki-laki dan perempuan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
F
|
%
|
Laki-laki
|
42
|
42,9
|
Perempuan
|
56
|
57,1
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yakni 57,1 %.
Menurut data yang penulis dapatkan,
mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti program BP
YCAB lebih banyak perempuan. Oleh karena itu responden penelitian ini
pun lebih dominann perempuan daripada laki-laki.
Usia
Penulis menetapkan 3 (tiga) kategori yaitu; 18 sampai 20 tahun, 21 sampai 23
tahun, dan diatas 23 tahun. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2
Usia
Usia
|
F
|
%
|
18 – 20 tahun
|
47
|
47,9
|
21 – 23 tahun
|
38
|
38,8
|
>23 tahun
|
13
|
13,3
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar
responden berusia antara 18 – 20 tahun, yakni sebesar 47,9 %. Menurut
penulis hal ini disebabkan karena responden yang berusia antara 18
sampai 20 tahun cenderung lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan
kemahasiswaan di kampus dan masih aktif kuliah. Lain halnya responden
yang berusia antara 21 sampai 23 tahun juga yang berusia diatas 23
tahun, mereka sebagian besar sedang berada di semester akhir atau dalam
proses penyusunan tugas akhir.
Angkatan
Penulis menetapkan 5 (lima) kategori
yaitu; tahun 2006, tahun 2005, tahun 2004, tahun 2003, dan tahun 2002.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3
Angkatan
Angkatan
|
F
|
%
|
Tahun 2006
|
31
|
31,6
|
Tahun 2005
|
27
|
27,3
|
Tahun 2004
|
13
|
13,3
|
Tahun 2003
|
14
|
14,5
|
Tahun 2002
|
13
|
13,3
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar
responden termasuk angkatan tahun 2006, yakni sebesar 31,6 %. Diurutan
kedua adalah angkatan 2005, yakni sebesar 27,3 %. Menurut penulis
alasannya hamper sama dengan identitas responden dari faktor usia,
karena cenderung mahasiswa yang masih dalam semester awal lebih
mempunyai banyak waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan kampus maupun
luar kampus.
- Fakultas :
Penulis menetapkan 4 (empat) kategori
yaitu; teknik, ekonomi, sastra, dan ilmu komputer. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4
Fakultas
Fakultas
|
f
|
%
|
Teknik
|
17
|
17,3
|
Ekonomi
|
23
|
23,5
|
Sastra
|
23
|
23,5
|
Ilmu Komputer
|
35
|
35,7
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar
responden berasal dari fakultas ilmu komputer, yakni sebesar 35,7 %.
Menurut penulis, hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa dari fakultas ilmu
komputer adalah yang paling besar atau banyak dibandingkan jumlah
mahasiswa di fakultas lain secara keseluruhan di Universitas Bina
Nusantara. Karena memang Universitas Bina Nusantara terkenal memiliki
Fakultas Ilmu Komputer yang sangat banyak diminati dan bermutu.
Tingkat Perhatian
Penelitian terhadap tingkat perhatian didasarkan pada unsur-unsur berikut ini :
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara berusaha untuk memiliki majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca sebagian besar isi majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera di tempat yang tenang
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera dengan konsenterasi
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara menandai dengan stabilo atau
mengaris bawahi bagian yang dianggap penting dalam majalah Lentera
- Mahasiswa Universitas Bina Nusantara membuat catatan kecil dari artikel yang dibacanya dalam majalah Lentera
Lebih lanjut penulis menetapkan atribut sebagai berikut :
Tabel 5
Tingkat Perhatian
Perhatian
|
F
|
%
|
Tinggi
|
72
|
73,5
|
Sedang
|
20
|
20,4
|
Rendah
|
6
|
6,1
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat perhatian yang tinggi, yakni sebesar 73,5 %.
Tingkat Pengetahuan
Penelitian terhadap tingkat pengetahuan didasarkan pada unsur-unsur berikut ini :
• Apa yang terjadi (what) ?
• Dimana hal itu terjadi (where) ?
• Kapan peristiwa itu terjadi (when) ?
• Siapa saja yang terlibat (who) ?
• Kenapa hal itu terjadi (why) ?
Lebih lanjut penulis menetapkan atribut sebagai berikut :
- tinggi
- sedang
- rendah
Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan
|
F
|
%
|
Tinggi
|
75
|
76,5
|
Sedang
|
20
|
20,4
|
Rendah
|
3
|
3,1
|
∑
|
98
|
100
|
Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, yakni sebesar 76,5 %.
Hubungan Tingkat Perhatian dengan Tingkat Pengetahuan
Dalam meneliti hubungan tingkat
perhatian dengan tingkat pengetahuan responden terhadap majalah Lentera,
penulis menetapkan atribut sebagai barikut :
- tinggi
- sedang
- rendah
Adapun hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel silang berikut ini :
Tabel 7
Hubungan Tingkat Perhatian Dengan Tingkat Pengetahuan
n = 98
X |
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Total
|
Y |
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
Tinggi |
70
|
71,4
|
5
|
5,1
|
0
|
0
|
75
|
76,5
|
Sedang |
2
|
2
|
15
|
15,3
|
3
|
3,1
|
20
|
20,4
|
Rendah |
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
3,1
|
3
|
3,1
|
Total |
72
|
73,4
|
20
|
20,4
|
6
|
6,2
|
98
|
100
|
X = tingkat perhatian
Y = tingkat pengetahuan
Berdasarkan perhitungan tabel 7 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :
- Responden yang memiliki tingkat perhatian tinggi memiliki tingkat
pengetahuan tinggi terhadap majalah Lentera sejumlah 70 orang atau 71,4 %
- Responden yang memiliki tingkat perhatian tinggi memiliki tingkat
pengetahuan sedang terhadap majalah Lentera sejumlah 2 orang atau 2 %
- Tidak ada responden yang memiliki tingkat perhatian tinggi memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap majalah Lentera
Dengan melihat pada hasil perhitungan
tabel silang diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat perhatian dengan tingkat pengetahuan responden terhadap majalah
Lentera, yaitu jika responden memiliki tingkat perhatian yang tinggi
maka tingkat pengetahuan mereka juga cenderung tinggi.
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan
cara mengkorelasikan total jawaban variabel X dengan total jawaban
variabel Y, dengan acuan tabel tabulasi jawaban responden. Dalam
penelitian ini didapat ΣX = 1469 dan ΣY = 1243, selanjutnya
dikorelasikan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Maka didapat r = 0,99.
Hasil perhitungan nilai r tadi kemudian dimasukkan dalam rumus t hitung.
Adapun rumus t hitung adalah sebagai berikut :
Dari hasil yang didapat kemudian
dibandingkan dengan tabel nilai-nilai dalam distribusi t, yang terdapat
dalam buku Metode Penelitian Bisnis karangan Sugiyono (1999; 316).
Karena dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 98, maka masuk dalam
baris 60 dengan perkiraan kesalahan 0,05%. Nilai distribusi tnya adalah
2,000. Hasil perhitungan t hitung yg telah didapat adalah 69,142, lebih
besar dari nilai distribusi t. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang sangat kuat dari dua variabel yang diteliti. Bila penulis
menghubungkan hasil penelitian dengan hipotesis yang berbunyi “jika
tingkat perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara tinggi maka
tingkat pengetahuannya pun tinggi”, maka berarti hipotesis tersebut
teruji. Kesimpulan yang penulis dapatkan dari keseluruhan hasil
penelitian yang telah dijabarkan adalah :
- Sebagian besar responden adalah perempuan, yaitu 56 orang atau 57,1 %
- Sebagian besar responden berusia antara 18 – 20 tahun, yaitu 47 orang atau 47,9 %
- Sebagian besar responden adalah angkatan 2006, yaitu 31 orang atau 31,6 %
- Sebagian besar responden berasal dari fakultas ilmu komputer, yaitu 35 orang atau 35,7 %
- Sebagian besar responden memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap majalah Lentera, yaitu 72 orang atau 73,5%
- Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, yaitu 75 orang atau 76,5%
- Ada hubungan yang kuat antara tingkat perhatian dengan tingkat
pengetahuan mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhada majalah Lentera
Variabel X (tingkat perhatian) dan Y
(tingkat pengetahuan) telah diuji dengan menggunakan metode survey,
yakni dengan menyebarkan kuesioner kepada 98 mahasiswa Universitas Bina
Nusantara yang telah mengikuti BP YCAB. Kuesioner penelitian tersebut
berisi 11 pertanyaan seputar perhatian dan pengetahuan mahasiswa
terhadap majalah Lentera.
Inti dari penelitian survey ini adalah
untuk mengetahui tingkat perhatian dan tingkat pengetahuan responden.
Untuk tingkat perhatian, hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,5 %
responden memiliki tingkat perhatian yang tinggi, 20,4 % sedang, dan 6,1
% rendah. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan, hasil penelitian
menunjukkan 76,5 % responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi,
20,4 % sedang, dan 3,1 % rendah.
Disini penulis melihat walaupun bersifat
heterogen tetapi sebagian besar responden mempunyai tingkat perhatian
dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap majalah Lentera. Menurut
Kenneth E. Anderson, yang dikutip oleh Rakhmat (2001; 52) : “Perhatian
terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra
kita ”. Ada pula pendapat dari Peter dan Olson (1999; 108) : “Perhatian
berkonotasi dengan kesadaran. Mengamati suatu rangsangan, berarti sadar
akan hal itu. Perhatian juga menyatakan intensitas dan ketertarikan”.
Penulis menyetujui pendapat dari para ahli diatas, bahwa perhatian dapat
terbentuk atau terjadi karena salah satu alat indra kita mendapat
rangsangan, dan kita secara sadar memiliki ketertarikan dan intensitas
pada stimuli. Kemudian mengkonsentrasikan diri pada stimuli atau objek
tersebut.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini,
maka stimuli atau objeknya adalah majalah Lentera, alat indra yang
terkena rangsang adalah mata. Ketertarikan dan intensitas yang dilakukan
pada stimuli adalah membacanya dengan konsentrasi. Menurut Bartens
(2005; 69) : “Pada umumnya tujuan utama waktu membaca adalah mencari
informasi”. Penulis sependapat dengan pernyataan diatas, mahasiswa
Universitas Bina Nusantara membaca majalah Lentera untuk mencari atau
mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai
narkoba, kehidupan remaja dan YCAB. Hal ini juga sesuai dengan teori
yang dikutip oleh Soekanto (2002; 6) : “Yang dimaksudkan dengan
pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya, …”.
Jadi, menurut penulis ada hubungan
antara tingkat perhatian dengan tingkat pengetahuan. Ada hubungan disini
maksudnya adalah ada pengaruh atau efek dari tingkat perhatian yang
dimiliki oleh mahasiswa pada majalah Lentera terhadap tingkat
pengetahuan mereka.
Kesimpulan
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan
utama dalam lingkup organisasi atau perusahaan. Komunikasi melibatkan
arus penyampaian informasi dari organisasi atau perusahaan kepada
khalayaknya. Untuk itu, humas YCAB menggunakan majalah Lentera sebagai
media komunikasi untuk menyampaikan informasi dan program-program serta
kegiatan YCAB. Dalam penelitian ini, masalah penelitian yang diangkat
adalah : hubungan antara tingkat perhatian dengan tingkat pengetahuan
mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap majalah Lentera YCAB.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif, yang bertujuan
untuk menemukan hubungan antara variabel pertama dengan variabel kedua.
Dalam penelitian ini ada dua variabel, yakni variabel tingkat perhatian
(X) dan variabel tingkat pengetahuan (Y). Untuk variabel X, bahan
penelitian yang digunakan penulis adalah mahasiswa Universitas Bina
Nusantara, unit analisisnya adalah individu. Dan untuk variabel Y, bahan
penelitian dan unit analisis yang digunakan penulis sama dengan
variable X.
Perhatian terhadap majalah Lentera yang
dimaksud disisni adalah bahwa mahasiswa perhatian jika mereka membaca
majalah Lentera secara mendalam, tidak hanya sepintas sehingga mereka
dapat memiliki pengetahuan. Dengan kata lain mereka dapat
mengidentifikasikan atau mencirikan informasi yang telah didapat dari
apa yang dibacanya. Hal tersebut telah penulis uji dengan teknik survey
yang menggunakan kuesioner yang berisi 11 pertanyaan yang dapat mengukur
tingkat perhatian dan tingkat pengetahuan. Kuesioner disebarkan kepada
98 mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang telah mengikuti BP YCAB.
Data yang diperoleh dari variabel tingkat perhatian akan penulis
masukkan ke dalam tabel tunggal. Begitu pula dengan variabel tingkat
pengetahuan. Untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi dari 2
variabel tersebut, penulis akan menggunakan tabel silang.
Penulis mendapatkan hasil bahwa tingkat
perhatian mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap majalah Lentera
tinggi, yaitu 73,5% dan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Bina
Nusantara terhadap majalah Lentera juga tinggi, yaitu 76,5%. Hal
tersebut menghasilkan penelitian yang korelasional, yakni jika mahasiswa
memiliki perhatian terhadap majalah Lentera, dengan cara membacanya
secara mendalam dengan berkonsentrasi, maka akan menimbulkan mahasiswa
tersebut memiliki pengetahuan yang tinggi pula.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya, “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005.
Bertens, K., “Metode Belajar Untuk Mahasiswa Beberapa Petunjuk Bagi Mahasiswa Baru”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Cangara, Hafied, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Djaja, Danan, “Peranan Humas Dalam Perusahaan”, Alumni Bandung, 1985.
Effendy, Onong Uchjana, “Human Relations dan Public Relations dalam Manajemen”, Mandar Maju, Bandung, 1989.
Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Hasan, Iqbal, Pokok-pokok “Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya”, PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.
I Gusti, Ngurah Putra, Management Human, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.
Kapadia, Mahesh, “Memperkuat Memori”, PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006.
Kusumastuti, Frida, “Dasar-Dasar Humas”, PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.
Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson, “Consumer Behaviour Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran”, Erlangga, Jakarta, 1999.
Poedjawijatna, “Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat”, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
Rakhmat, Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Sendjaja, Sasa Djuarsa, “Pengantar Komunikasi”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, “Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey”, LP3ES, Jakarta, 1995.
Soekanto, Soerjono, “Sosiologi Suatu Pengantar”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, 2002.
Syafiie, Inu Kencana, “Pengantar Filsafat”, PT Refika Aditama, Bandung, 2004.
Tondowidjojo, John, “Dasar dan Arah Public Relations”, PT Grasindo, Jakarta, 2002.
Vardiansyah, Dani, “Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, PT Indeks, Jakarta, 2005.
Venus, Antar, “Manajemen Kampanye”, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004.
Wiryanto, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT Grasindo, Jakarta, 2004.
Sumber Lain :
Badudu, J.S. & Sutan Mohammad Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Dagun, Save M., “Kamus Besar Ilmu Pengetahuan”, Golo Riwu, Jakarta, 1997.
Effendy, Onong Uchjana, “Kamus Komunikasi”, CV Mandar Maju, Bandung, 1989.
*Jurnal tersebut diatas diterbitkan dalam Jurnal Komunikologi Vol.8 No.1 Maret 2011